asal mula palembang bahasa inggris beserta artinya


LEGENDA DAN SEJARAH ASAL MULA NAMA PALEMBANG
Pada zaman dahulu, daerah Sumatra Selatan dan sebagian Provinsi Jambi berupa hutan belantara yang unik dan indah. Puluhan sungai besar dan kecil yang berasal dari Bukit Barisan, pegunungan sekitar Gunung Dempo, dan Danau Ranau mengalir di wilayah itu. Maka, wilayah itu dikenal dengan nama Batanghari Sembilan. Sungai besar yang mengalir di wilayah itu di antaranya Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Ogan, Sungai Rawas, dan beberapa sungai yang bermuara di Sungai Musi. Ada dua Sungai Musi yang bermuara di laut di daerah yang berdekatan, yaitu Sungai Musi yang melalui Palembang dan Sungai Musi Banyuasin agak di sebelah utara.
Karena banyak sungai besar, dataran rendah yang melingkar dari daerah Jambi, Sumatra Selatan, sampai Provinsi Lampung merupakan daerah yang banyak mempunyai danau kecil. Asal mula danau-danau kecil itu adalah rawa yang digenangi air laut saat pasang. Sedangkan kota Palembang yang dikenal sekarang menurut sejarah adalah sebuah pulau di Sungai Melayu. Pulau kecil itu berupa bukit yang diberi nama Bukit Seguntang Mahameru.
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada prasasti Kedukan Bukit (683 M) yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi (tanggal 5 bulan Ashada tahun 605 syaka). Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.
Keunikan tempat itu selain hutan rimbanya yang lebat dan banyaknya danau-danau kecil, dan aneka bunga yang tumbuh subur, sepanjang wilayah itu dihuni oleh seorang dewi bersama dayang-dayangnya. Dewi itu disebut Putri Kahyangan. Sebenarnya, dia bernama Putri Ayu Sundari. Dewi dan dayang-dayangnya itu mendiami hutan rimba raya, lereng, dan puncak Bukit Barisan serta kepulauan yang sekarang dikenal dengan Malaysia. Mereka gemar datang ke daerah Batanghari Sembilan untuk bercengkerama dan mandi di danau, sungai yang jernih, atau pantai yang luas, landai, dan panjang.
Karena banyaknya sungai yang bermuara ke laut, maka pada zaman itu para pelayar mudah masuk melalui sungai-sungai itu sampai ke dalam, bahkan sampai ke kaki pegunungan, yang ternyata daerah itu subur dan makmur. Maka terjadilah komunikasi antara para pedagang termasuk pedagang dari Cina dengan penduduk setempat. Daerah itu menjadi ramai oleh perdagangan antara penduduk setempat dengan pedagang. Akibatnya, dewi-dewi dari kahyangan merasa terganggu dan mencari tempat lain.
Sementara itu, orang-orang banyak datang di sekitar Sungai Musi untuk membuat rumah di sana. Karena Sumatra Selatan merupakan dataran rendah yang berawa, maka penduduknya membuat rumah yang disebut dengan rakit.
Saat itu Bukit Seguntang Mahameru menjadi pusat perhatian manusia karena tanahnya yang subur dan aneka bunga tubuh di daerah itu. Sungai Melayu tempat Bukit Seguntang Mahameru berada juga menjadi terkenal.
Oleh karena itu, orang yang telah bermukim di Sungai Melayu, terutama penduduk kota Palembang, sekarang menamakan diri sebagai penduduk Sungai Melayu, yang kemudian berubah menjadi pen*duduk Melayu.
Menurut bahasa Melayu tua, kata lembang berarti dataran rendah yang banyak digenangi air, kadang tenggelam kadang kering. Jadi, penduduk dataran tinggi yang hendak ke Palembang sering me*ngatakan akan ke Lembang. Begitu juga para pendatang yang masuk ke Sungai Musi mengatakan akan ke Lembang.
Alkisah ketika Putri Ayu Sundari dan pengiringnya masih berada di Bukit Seguntang Mahameru, ada sebuah kapal yang mengalami kecelakaan di pantai Sumatra Selatan. Tiga orang kakak beradik itu ada*lah putra raja Iskandar Zulkarnain. Mereka selamat dari kecelakaan dan terdampar di Bukit Seguntang Mahameru.
Mereka disambut Putri Ayu Sundari. Putra tertua Raja Iskandar Zulkarnain, Sang Sapurba kemudian menikah dengan Putri Ayu Sundari dan kedua saudaranya menikah dengan keluarga putri itu.
Karena Bukit Seguntang Mahameru berdiam di Sungai Melayu, maka Sang Sapurba dan istrinya mengaku sebagai orang Melayu. Anak cucu mereka kemudian berkembang dan ikut kegiatan di daerah Lembang. Nama Lembang semakin terkenal. Kemudian ketika orang hendak ke Lembang selalu mengatakan akan ke Palembang. Kata pa dalam bahasa Melayu tua menunjukkan daerah atau lokasi. Pertumbuhan ekonomi semakin ramai. Sungai Musi dan Sungai Musi Banyuasin menjadi jalur perdagangan kuat terkenal sampai ke negara lain. Nama Lembang pun berubah menjadi Palembang














THE LEGEND AND HISTORY OF THE ORIGIN OF THE NAME OF PALEMBANG
In ancient times, the area of ​​South Sumatra and part of Jambi Province was unique and beautiful wilderness. Dozens of large and small rivers originating from Bukit Barisan, the mountains around Mount Dempo, and Lake Ranau flow in the area. So, the area is known as Batanghari Sembilan. Large rivers that flow in the region include the Komering River, Lematang River, Ogan River, Rawas River, and several rivers that lead to the Musi River. There are two Musi River which empties into the sea in an adjacent area, namely the Musi River that passes through Palembang and the Musi Banyuasin River somewhat to the north.
Because there are many large rivers, the lowlands that circle from Jambi, South Sumatra, to Lampung Province are areas that have many small lakes. The origin of the small lakes is a swamp that is inundated by sea water at high tide. Whereas the city of Palembang, now known historically is an island in the Malay River. The small island is in the form of a hill named Bukit Seguntang Mahameru.
Palembang is the oldest city in Indonesia, it is based on the Kedukan Bukit inscription (683 AD) found on Siguntang Hill, west of Palembang City, which states the formation of a woman who was interpreted as a city which was the capital of the Srivijaya Kingdom on June 16, 683 AD ( the 5th of Ashada month in 605 syaka). Then the date is used as a benchmark birthday of the city of Palembang.
The uniqueness of the place besides its dense jungle and the number of small lakes, and various flowers that flourish, as long as the area is inhabited by a goddess with her ladies-in-waiting. The goddess is called Princess of Heaven. Actually, she was named Putri Ayu Sundari. The goddess and her servants inhabited the jungle, the slopes, and the peak of Bukit Barisan and the islands now known as Malaysia. They like to come to the Batanghari Sembilan area to chat and bathe in lakes, clear rivers, or broad, gentle, and long beaches.
Because of the many rivers that flow into the sea, at that time the sailors easily entered through the rivers to the inside, even to the foot of the mountains, which turned out to be fertile and prosperous. Then there was communication between the traders including traders from China with local residents. The area became crowded with trade between local residents and traders. As a result, the goddesses of heaven were disturbed and looked elsewhere.
Meanwhile, many people came around the Musi River to make a house there. Because South Sumatra is a swampy lowland, residents make houses called rafts.
At that time, Bukit Munteru Seguntang became the center of human attention because of the fertile soil and various body flowers in the area. The Malay River, where Bukit Seguntang Mahameru is located, also became famous.
Therefore, people who have settled in the Malay River, especially residents of Palembang city, now call themselves residents of the Malay River, who then turn into Malay residents.
According to the old Malay language, the word lembang means lowland which is flooded with water, sometimes sinking sometimes dry. So highlanders who are going to Palembang often say they are going to Lembang. Likewise, migrants who enter the Musi River say they will go to Lembang.
Once when Putri Ayu Sundari and her retinue were still in Bukit Seguntang Mahameru, there was a ship that had an accident on the coast of South Sumatra. The three brothers were the sons of King Iskandar Zulkarnain. They survived the accident and were stranded on the Bukit Seguntang Mahameru.
They were welcomed by Putri Ayu Sundari. The eldest son of Raja Iskandar Zulkarnain, Sang Sapurba later married Putri Ayu Sundari and her two siblings married into the princess's family.
Because Bukit Seguntang Mahameru lives on the Malay River, Sang Sapurba and his wife claim to be Malay. Their children and grandchildren then develop and participate in activities in the Lembang area. The name Lembang is increasingly famous. Then when people go to Lembang they always say they are going to Palembang. The word pa in old Malay indicates the area or location. Economic growth is increasingly crowded. The Musi River and the Musi Banyuasin River are well-known trade routes to other countries. The name Lembang changed to Palembang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh proposal pengajian

contoh laporan kegiatan turnamen volly ball

Makalah APBN dan APBD